Minggu, 08 Maret 2009

Indonesia Model Hubungan Ideal Antar Umat Beragama

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini menyatakan negaranya sangat menghargai budaya koeksistensi damai di Indonesia dan menganggap perlunya masyarakat global belajar dari toleransi di Indonesia.

Menurut keterangan dari Departemen Luar Negeri di Jakarta, Sabtu, saat membuka konferensi bertema "Unity in Diversity, the culture of coexistence in Indonesia"

bersama dengan Menlu RI N Hassan Wirajuda di Roma, pekan ini, ia menilai Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.

Indonesia juga berperan sebagai model yang mewakili tradisi Islam "moderat" yang dapat hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain.

Sementara itu Menlu Wirajuda, dalam sambutannya, menyampaikan penghargaan atas terselenggaranya konferensi yang menjadikan Indonesia sebagai model dari hubungan ideal antar umat beragama.

Ia menjelaskan bahwa konsep "unity in diversity" (Bhineka Tunggal Ika) semakin penting di dunia yang multi-kultur dewasa ini, terlebih tidak ada satu pun negara yang benar-benar homogen dalam batas wilayahnya.

Itu menyebabkan toleransi yang berkembang dalam hubungan antar- penganut agama di Indonesia, yang berakar dari budaya musyawarah untuk mufakat, menjadi salah satu cara dalam membangun dan mempertahankan keharmonisan dunia moderen.

Pandangan sejenis juga disampaikan Prof. Andrea Riccardi, pendiri Santo Egidio. Ia mengatakan bahwa Indonesia merupakan laboratoriom kemajemukan (pluralisme), dan dunia memerlukan peradaban mengenai hidup berdampingan secara damai (civilization of coexistence).

Selain menjadi forum untuk saling belajar dan berbagi pengalaman, konferensi yang merupakan hasil kerja sama pemerintah kedua negara dengan perhimpunan Santo Egidio itu juga dimaksudkan untuk membangun dialog tingkat tinggi antara wakil-wakil organisasi Islam di Indonesia dan para pakar dari Italia.

Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai narasumber Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi serta tokoh-tokoh agama lain dari Indonesia antara lain Prof. Dr. Bachtiar Effendi, Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Uskup Martinus D. Situmorang, serta utusan Menteri Agama RI yang diwakili oleh Prof. Atho Muzhar, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat serta Dr. Fatimah Husein.

Pada kesempatan itu, Indonesia menyampaikan kesediaan untuk menjadi tuan rumah konferensi serupa di Indonesia tahun depan.(*)

COPYRIGHT © 2009

Sabtu, 07 Maret 2009


sumber: www.myindonesia.co.nr

Sudah terlalu lama saya tidak menulis artikel dengan bahasa indonesia. Masa masa pemilu gini, memang paling semangat kalau ngomongin siapa yang menang, dan siapa yang kalah. Tapi, maaf saja, kalau ngomongin partai politik, saya males banget, never ever ever ever deh. Dalam banyak hal, partai partai politik kita nggak kenal sopan santun, bikin rakyat bingung (dan pengin muntah), dan ngabisin anggaran negara, bikin pemandangan kota jadi rusak karena bendera bendera, bikin jalanan macet karena pawai pawai, bikin kuping meledak karena knalpot dan otaknya sengaja dibocorin. Mari ngomongin pemimpin bangsa saja, ya..presiden. Ini sepenuhnya pendapat pribadi.

Sejak reformasi, saya rasa kepemimpinan SBY-Kalla, disetujui atau tidak (gak penting bagi saya) adalah yang paling baik, dibanding sebelum2nya. Pembangunan mulai terasa, ekonomi tumbuh, image kita mulai baik di mata dunia, pariwisata juga baik, pertanian baik, GDP paling tinggi sepanjang sejarah, cadangan devisa juga paling tinggi sepanjang masa. Di ASEAN, tetangga tetangga indonesia mulai "tunduk", dan mulai kembali memandang indonesia secara defacto adalah pemimpin di ASEAN.

Gak percaya? percayalah, saya sekarang ada di Cambodia, dan sudah keliling asia tenggara sejak setahun terakhir. Dalam sebuah percakapan dengan seorang petinggi di pemerintahan di salah satu negara ASEAN (saya gak akan bilang dari negara mana), dia bilang ..Malaysia and Singapore are (has been) competing each other to be the ASEAN leader, just like Indonesia under Soeharto, and you can see, ASEAN is really messy now. I personally miss Indonesia to lead this big organization. Big organization needs big leadership.



SBY-Kalla, dengan timnya, adalah kombinasi terbaik dari pilihan pilihan yang ada. Sri Mulyani, dinobatkan menjadi menteri keuangan terbaik di ASIA selama 2 kali, Marie Elka Pangestu, juga diberi penghargaan yang membanggakan, Menteri Luar Negeri kita, Hassan Wirayuda, sangat dihormati diluar negeri karena pendekatannya yang soft, yet brilliant. Lalu Menteri pertahanan kita yang begitu pandai membaca geopolitik, meski sering komplain. Banyak yang lain...

MAjalah TIME pernah memuat, betapa INDONESIA telah menjadi emerging power di Asia, namun ada hal hal kecil yang membuat Indonesia masih belum mampu memanfaatkan seluruh potensinya. Kata seorang wartawan al-jazeera, saat ini,indonesia hanya memakai kurang dari 35% kekuatan terpendamnya, dan dia bilang bahwa bisa jadi kita gak sadar, kita mempunyai remaining potentials sebanyak 65% yang belum digunakan.

Mertua saya yang orang SIngapura, berkali kali menyatakan bahwa kalau kita BETUL BETUL memakai potensi kita, maka besarlah kita. Saya kadang tidak mengerti, bagaimana orang orang SIngapura begitu mencintai bangsa Indonesia. Saya pernah melihat seorang singapura menangis ketika melihat berita berita kriminal di BUSER, melihat orang yang lain begitu bersemangatnya memberi semangat pada saya untuk tetap menatap ke depan.

Seorang Thailand, pernah berujar pada saya, thailand pernah berencana memperkuat tentaranya, karena ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan tentara Indonesia..sebelum akhirnya menyerah, dan berkata "Do not challenge Mike Tyson if you are only a small boy".

Saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin media media kita, TV TV kita, nggak pernah berhenti,nggak pernah capek, menyiarkan berita berita yang bahkan membuat orang indonesia sendiri meragukan bangsanya. Bagaimana mungkin, TV TV kita, mencemari otak otak kita sepanjang waktu, dan kita tidak berbuat apa apa.