Ali Alatas adalah salah satu diplomat handal dan kawakan Indonesia. Menjabat menteri luar negeri (1987-1999) dalam empat kabinet dan pernah dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah negara Asia pada 1996, merupakan bukti kehandalannya mewakili Indonesia di pelbagai meja perundingan dan jalur diplomatik.
Selama dua dasawarsa lebih, Alex (nama panggilannya) memperlihatkan kelas tersendiri sebagai diplomat. Bahkan pada usia senjanya, ia masih mengemban tugas sebagai Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri (2001-2004). Maka tak salah bila ia dijuluki singa tua diplomat Indonesia.
Menurut ensiklopedia tokoh Indonesia, kisah hidup Alatas adalah diplomasi. Padahal pada masa kecil ia bercita-cita menjadi pengacara.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia 1956, kelahiran Jakarta 4 November 1932 ini, meniti karier sebagai diplomat sejak berusia 22 tahun. Ia mengawali tugas diplomatnya sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok (1956-1960), sesaat setelah ia menikah.
Sebelumnya, ia sempat berkecimpung dalam dunia jurnalistik sebagai korektor Harian Niewsgierf (1952-1952) dan redaktur Kantor Berita Aneta (1953-1954).
Selepas bertugas di Kedubes RI Bangkok, ia kemudian menjabat Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luar Negeri (1965-1966). Lalu ditugaskan menjabat Konselor Kedutaan Besar RI di Washington (1966-1970). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972), Sekretaris Direktorat Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1972-1975) dan Staf Ali dan Kepala Sekretaris Pribadi Menteri Luar Negeri (1975-1976).
Kemudian, ia dipercaya mejalankan misi diplomat sebagai Wakil Tetap RI di PBB, Jenewa (1976-1978). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982). Lalu, kemampuan diplomasinya diuji lagi dengan mengemban tugas sebagai Wakil Tetap Indonesia di PBB, New York (1983-1987).
Selepas itu, ia pun dipercaya menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinet masa pemeritahan Soeharto dan Habibie.
Saat menjabat Wakil Tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ia harus menghadapi berbagai kritikan mengenai masalah Timor Timur. Ia dengan cekatan bisa melayaninya dengan diplomatis.
Apalagi saat pecah insiden Santa Cruz yang menewaskan puluhan orang pada 12 November 1991, ia cekatan untuk meredam kemarahan dunia. "Diplomasi itu seperti bermain kartu. Jangan tunjukkan semua kartu kepada orang lain. Dan jatuhkan kartu itu satu per satu," katanya.
Namun semua perjuangannya menjadi sia-sia, manakala Presiden BJ Habibie memberikan refrendum dengan opsi merdeka atau otonomi, tanpa berkonsultasi dengannya. Suatu opsi yang amat naif. Ia tidak setuju atas solusi jajak pendapat yang dicetuskan Habibie itu. Sebab sebagai seorang diplomat, ia tetap berkeyakinan pada solusi diplomasi betapapun sulitnya sebuah situasi.
Maka tak heran, matanya berkaca-kaca beberapa saat setelah referendum. Timtim lepas dari pangkuan ibu pertiwi dan yang lebih memilukan, Timor Loro Sae itu rusuh dan hangus dilalap api. Karena keputusan presiden yang sulit dimengertinya, ia harus rela mengakhiri karir diplomatnya dengan air mata.
Namun semua orang tahu, bahwa kekalahan di Timor Timur itu bukan kesalahannya. Tetapi kesalahan `bosnya' yang di luar batas kewenangannya. Presiden Habibie memang akhirnya menuai badai. Pertanggungjawabannya ditolak MPR , akibat "kecerobohan" itu.
Maka, nama besar Alex sebagai diplomat yang prestisius tetap terukir tinta emas dalam lembar-lembar perjalanan karirnya.
Sehingga, ketika Alwi Shihab diangkat menjabat Menlu pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Alatas dipercaya sebagai penasehat. Kemudian, setelah Gus Dur jatuh dan digantikan Megawati Sukarnoputri, Alex diangkat menjabat Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri.
Sebagai penasehat presiden ia antara lain telah menjalankan misi diplomat ke berbagai negara, termasuk ke Swedia, mengenai Hasan Tiro.
Namun, aktivitasnya sebagai penasehat presiden tidak lagi sesibuk ketika ia menjabat Menlu. Sehingga, ia berkesempatan mengisi waktu dengan mewujudkan impiannya menjadi pengacara, sebagai salah satu penasihat hukum di Biro Pengacara Makarim & Taira`s.
Dan untuk mengisi waktu ia pun menikmati hidup dengan keluarga di rumah kediamannya di Kemang Timur, Jakarta Selatan. (*)
COPYRIGHT © 2008
Rabu, 10 Desember 2008
ALI Alatas Diplomat kawakan
Posted by
new indonesia
at
19.17
Labels: POLitik INdonesia
Yudhoyono officially opens Bali Democracy Forum
Nusa Dua (ANTARA News) - President Susilo Bambang Yudhoyono officially opened the Bali Democracy Forum here on Wednesday.
The Bali Democracy Forum being organized by the Indonesian foreign ministry, is being attended by representatives from 31 countries, including three heads of states, namely Australian Prime Minister Kevin Rudd, Brunei Darussalam`s Sultan Hasanah Bolkiah, and Timor Leste Prime Minister Xanana Gusmao.
Spokesman of the foreign affairs ministry Teuku Faizasyah said that the dialog forum was aimed at boosting democracy in Asian countries.
All members of ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) including Myanmar, are participating in the Forum.
Other Asian countries such as China, Japan, Afghanistan, Bangladesh, Cambodia, Iraq, Jordan, Korea, Kuwait, Lebanon, Maldives, Mongolia, New Zealand, Pakistan, PNG, Qatar, and India are also attending the forum.
Non-Asian countries such as Italy, England, Switzerland, Austria, the Netherlands, Sweden, Norway, Tunisia, the United States and Canada are also invited to the forum as observers.
Presidential Spokesman Dino pati Djalal recently said that the Bali Democracy Forum was Indonesia`s initiative aimed at promoting democracy in the region as well as international.
The forum would be held annually and followed by monthly technical meetings at a working group level, he said.
The Bali Democracy Forum would also be followed up by an establishment of an Institute for Peace and Democracy to be based at Udayana University in Denpasar, Bali, he said. (*)
COPYRIGHT © 2008
Posted by
new indonesia
at
07.59
Labels: POLitik INdonesia
Selasa, 25 November 2008
Obama Masih Fasih Berbahasa Indonesia dan Kangen Nasi Goreng
Menelepon SBY Saat di Seattle
Obama Masih Fasih Berbahasa Indonesia dan Kangen Nasi Goreng
Seattle: Presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Obama, ternyata masih fasih berbahasa Indonesia. Ia juga kangen makanan khas Indonesia. Dalam percakapan telepon dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang transit di Seattle, AS, dalam perjalanan dari Peru ke tanah air, Obama menyatakan kangen dengan bakso, nasi goreng, dan rambutan. "Ya, Obama bilang kangen nasi goren. Ia mengatakan itu dalam bahasa Indonesia yang fasih," kata Jubir Presiden, Dino Patti Djalal, sesaat setelah pesawat meninggalkan Seattle untuk menuju tanah air, Senin (25/11) sore waktu setempat.
Kontak-kontak antara tim Presiden SBY dan tim Obama sudah lama dilakukan. Namun waktu untuk SBY dan Obama bisa saliing berbicara lewat telepon secara langsung belum klop. Nah, ketika SBY transit di Seattle itulah kontak bisa didapat. Obama yang menelepon.
Menurut Jubir Presiden yang lain, Andi A.Mallarangeng, Obama menyapa SBY dalam bahasa Indonesia yang fasih. "Obama menyapa Presiden SBY dengan kata apa kabar," kata Andi.
Percakapan telepon antara SBY dan Obama lebih banyak bersifat perkenalan. SBY, ujar Dino, mengucapkan selamat atas terpilihanya Obama sebagai presiden ke-44 AS. SBY juga mengatakan bahwa hubungan Indonesia-AS baik-baik saja. "Presiden SBY mengatakan siap bekerjasama dengan Obama untuk meningkatkan hubungan kedua negara," Dino menambahkan.
Kepada Obama, Presiden SBY juga mengatakan bahwa dunia menaruh harapan besar kepada Obama. "Presiden mengtakan siap bekerjasama dengan Obama untuk mengatasi isu-isu internasional yang men desak, seperti krisis finansial global, energi, pangan, dan perubahan iklim," Dino menjelaskan. Presiden SBY, lanjut Dino, mengundang Obama ke Indonesia suatu saat nanti.
Barack Obama menyampaikan rasa gembiranya bahwa hubungan Indonesia-AS selama ini berlangsung baik. "Obama juga mengatakan kangen dengan nasi goreng, bakso, dan rambutan. Semua itu ia katakan dalam bahasa Indonesia," ujar Dino.
Dalam percakapan sekitar 6 menit itu, Presiden SBY berjanji akan mengirimkan album foto semasa Obama tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. "Nanti akan dikirimkan melalui Dubes kita," kata Dino.
Obama pernah tinggal dua tahun di Indonesia, tahun 1968-1969. Saat itu Obama masih duduk di bangku SD Negeri I Beskui, Menteng, kelas 3 sampai kelas 4. Para guru SD tersebut pernah menyerahkan album foto saat Obama bersekolah di sana kepada SBY untuk disampaikan kepada presiden terpilih AS itu. (har)
Posted by
new indonesia
at
23.06
Labels: POLitik INdonesia
Sabtu, 27 September 2008
Tabel Perbandingan Jumlah CALEG
Tabel Perbandingan Jumlah CALEG
Sumber KPU dan keterangan Parpol, diolah Litbang SP |
Posted by
new indonesia
at
10.16
Labels: POLitik INdonesia
Tabel Hasil Pemilu 2004
Syarat dan Tata Cara Pengajuan Calon Anggota Legislatif Syarat Anggota DPR :
Tata Cara Pengajuan Bakal Calon
Keterangan : UU No.10 Tahun 2008 . |
Posted by
new indonesia
at
10.09
Labels: POLitik INdonesia
Tabel Hasil Pemilu 1999
|
Posted by
new indonesia
at
10.08
Labels: POLitik INdonesia
Hasil Pemilu 1999
Hasil Pemilu 1999 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Posted by
new indonesia
at
10.04
Labels: POLitik INdonesia