Tampilkan postingan dengan label POLitik INdonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label POLitik INdonesia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Desember 2008

ALI Alatas Diplomat kawakan


Ali Alatas adalah salah satu diplomat handal dan kawakan Indonesia. Menjabat menteri luar negeri (1987-1999) dalam empat kabinet dan pernah dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah negara Asia pada 1996, merupakan bukti kehandalannya mewakili Indonesia di pelbagai meja perundingan dan jalur diplomatik.

Selama dua dasawarsa lebih, Alex (nama panggilannya) memperlihatkan kelas tersendiri sebagai diplomat. Bahkan pada usia senjanya, ia masih mengemban tugas sebagai Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri (2001-2004). Maka tak salah bila ia dijuluki singa tua diplomat Indonesia.

Menurut ensiklopedia tokoh Indonesia, kisah hidup Alatas adalah diplomasi. Padahal pada masa kecil ia bercita-cita menjadi pengacara.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia 1956, kelahiran Jakarta 4 November 1932 ini, meniti karier sebagai diplomat sejak berusia 22 tahun. Ia mengawali tugas diplomatnya sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok (1956-1960), sesaat setelah ia menikah.

Sebelumnya, ia sempat berkecimpung dalam dunia jurnalistik sebagai korektor Harian Niewsgierf (1952-1952) dan redaktur Kantor Berita Aneta (1953-1954).

Selepas bertugas di Kedubes RI Bangkok, ia kemudian menjabat Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luar Negeri (1965-1966). Lalu ditugaskan menjabat Konselor Kedutaan Besar RI di Washington (1966-1970). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972), Sekretaris Direktorat Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1972-1975) dan Staf Ali dan Kepala Sekretaris Pribadi Menteri Luar Negeri (1975-1976).

Kemudian, ia dipercaya mejalankan misi diplomat sebagai Wakil Tetap RI di PBB, Jenewa (1976-1978). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982). Lalu, kemampuan diplomasinya diuji lagi dengan mengemban tugas sebagai Wakil Tetap Indonesia di PBB, New York (1983-1987).

Selepas itu, ia pun dipercaya menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinet masa pemeritahan Soeharto dan Habibie.

Saat menjabat Wakil Tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ia harus menghadapi berbagai kritikan mengenai masalah Timor Timur. Ia dengan cekatan bisa melayaninya dengan diplomatis.

Apalagi saat pecah insiden Santa Cruz yang menewaskan puluhan orang pada 12 November 1991, ia cekatan untuk meredam kemarahan dunia. "Diplomasi itu seperti bermain kartu. Jangan tunjukkan semua kartu kepada orang lain. Dan jatuhkan kartu itu satu per satu," katanya.

Namun semua perjuangannya menjadi sia-sia, manakala Presiden BJ Habibie memberikan refrendum dengan opsi merdeka atau otonomi, tanpa berkonsultasi dengannya. Suatu opsi yang amat naif. Ia tidak setuju atas solusi jajak pendapat yang dicetuskan Habibie itu. Sebab sebagai seorang diplomat, ia tetap berkeyakinan pada solusi diplomasi betapapun sulitnya sebuah situasi.

Maka tak heran, matanya berkaca-kaca beberapa saat setelah referendum. Timtim lepas dari pangkuan ibu pertiwi dan yang lebih memilukan, Timor Loro Sae itu rusuh dan hangus dilalap api. Karena keputusan presiden yang sulit dimengertinya, ia harus rela mengakhiri karir diplomatnya dengan air mata.

Namun semua orang tahu, bahwa kekalahan di Timor Timur itu bukan kesalahannya. Tetapi kesalahan `bosnya' yang di luar batas kewenangannya. Presiden Habibie memang akhirnya menuai badai. Pertanggungjawabannya ditolak MPR , akibat "kecerobohan" itu.

Maka, nama besar Alex sebagai diplomat yang prestisius tetap terukir tinta emas dalam lembar-lembar perjalanan karirnya.

Sehingga, ketika Alwi Shihab diangkat menjabat Menlu pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Alatas dipercaya sebagai penasehat. Kemudian, setelah Gus Dur jatuh dan digantikan Megawati Sukarnoputri, Alex diangkat menjabat Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri.

Sebagai penasehat presiden ia antara lain telah menjalankan misi diplomat ke berbagai negara, termasuk ke Swedia, mengenai Hasan Tiro.

Namun, aktivitasnya sebagai penasehat presiden tidak lagi sesibuk ketika ia menjabat Menlu. Sehingga, ia berkesempatan mengisi waktu dengan mewujudkan impiannya menjadi pengacara, sebagai salah satu penasihat hukum di Biro Pengacara Makarim & Taira`s.

Dan untuk mengisi waktu ia pun menikmati hidup dengan keluarga di rumah kediamannya di Kemang Timur, Jakarta Selatan. (*)

COPYRIGHT © 2008

Yudhoyono officially opens Bali Democracy Forum

Nusa Dua (ANTARA News) - President Susilo Bambang Yudhoyono officially opened the Bali Democracy Forum here on Wednesday.

The Bali Democracy Forum being organized by the Indonesian foreign ministry, is being attended by representatives from 31 countries, including three heads of states, namely Australian Prime Minister Kevin Rudd, Brunei Darussalam`s Sultan Hasanah Bolkiah, and Timor Leste Prime Minister Xanana Gusmao.

Spokesman of the foreign affairs ministry Teuku Faizasyah said that the dialog forum was aimed at boosting democracy in Asian countries.

All members of ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) including Myanmar, are participating in the Forum.

Other Asian countries such as China, Japan, Afghanistan, Bangladesh, Cambodia, Iraq, Jordan, Korea, Kuwait, Lebanon, Maldives, Mongolia, New Zealand, Pakistan, PNG, Qatar, and India are also attending the forum.

Non-Asian countries such as Italy, England, Switzerland, Austria, the Netherlands, Sweden, Norway, Tunisia, the United States and Canada are also invited to the forum as observers.

Presidential Spokesman Dino pati Djalal recently said that the Bali Democracy Forum was Indonesia`s initiative aimed at promoting democracy in the region as well as international.

The forum would be held annually and followed by monthly technical meetings at a working group level, he said.

The Bali Democracy Forum would also be followed up by an establishment of an Institute for Peace and Democracy to be based at Udayana University in Denpasar, Bali, he said. (*)


COPYRIGHT © 2008

Selasa, 25 November 2008

Obama Masih Fasih Berbahasa Indonesia dan Kangen Nasi Goreng


Menelepon SBY Saat di Seattle

Obama Masih Fasih Berbahasa Indonesia dan Kangen Nasi Goreng

Seattle: Presiden terpilih Amerika Serikat, Barack Obama, ternyata masih fasih berbahasa Indonesia. Ia juga kangen makanan khas Indonesia. Dalam percakapan telepon dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang transit di Seattle, AS, dalam perjalanan dari Peru ke tanah air, Obama menyatakan kangen dengan bakso, nasi goreng, dan rambutan. "Ya, Obama bilang kangen nasi goren. Ia mengatakan itu dalam bahasa Indonesia yang fasih," kata Jubir Presiden, Dino Patti Djalal, sesaat setelah pesawat meninggalkan Seattle untuk menuju tanah air, Senin (25/11) sore waktu setempat.

Kontak-kontak antara tim Presiden SBY dan tim Obama sudah lama dilakukan. Namun waktu untuk SBY dan Obama bisa saliing berbicara lewat telepon secara langsung belum klop. Nah, ketika SBY transit di Seattle itulah kontak bisa didapat. Obama yang menelepon.

Menurut Jubir Presiden yang lain, Andi A.Mallarangeng, Obama menyapa SBY dalam bahasa Indonesia yang fasih. "Obama menyapa Presiden SBY dengan kata apa kabar," kata Andi.

Percakapan telepon antara SBY dan Obama lebih banyak bersifat perkenalan. SBY, ujar Dino, mengucapkan selamat atas terpilihanya Obama sebagai presiden ke-44 AS. SBY juga mengatakan bahwa hubungan Indonesia-AS baik-baik saja. "Presiden SBY mengatakan siap bekerjasama dengan Obama untuk meningkatkan hubungan kedua negara," Dino menambahkan.

Kepada Obama, Presiden SBY juga mengatakan bahwa dunia menaruh harapan besar kepada Obama. "Presiden mengtakan siap bekerjasama dengan Obama untuk mengatasi isu-isu internasional yang men desak, seperti krisis finansial global, energi, pangan, dan perubahan iklim," Dino menjelaskan. Presiden SBY, lanjut Dino, mengundang Obama ke Indonesia suatu saat nanti.

Barack Obama menyampaikan rasa gembiranya bahwa hubungan Indonesia-AS selama ini berlangsung baik. "Obama juga mengatakan kangen dengan nasi goreng, bakso, dan rambutan. Semua itu ia katakan dalam bahasa Indonesia," ujar Dino.

Dalam percakapan sekitar 6 menit itu, Presiden SBY berjanji akan mengirimkan album foto semasa Obama tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. "Nanti akan dikirimkan melalui Dubes kita," kata Dino.

Obama pernah tinggal dua tahun di Indonesia, tahun 1968-1969. Saat itu Obama masih duduk di bangku SD Negeri I Beskui, Menteng, kelas 3 sampai kelas 4. Para guru SD tersebut pernah menyerahkan album foto saat Obama bersekolah di sana kepada SBY untuk disampaikan kepada presiden terpilih AS itu. (har)

Sabtu, 27 September 2008

Tabel Perbandingan Jumlah CALEG

Tabel Perbandingan Jumlah CALEG




Jumlah Caleg yang diajukan Parpol
Urutan berdasarkan Caleg terbanyak
Data Sementara per 19 Agustus 2008

No.
PARPOL
No. Urut
Pemilu 2004
Pemilu 2009
1
Partai GOLKAR
23
660
675
2
Partai DEMOKRAT
31
493
675
3
Partai HANURA
1
--
640
4
Partai Demokrasi Pembaruan
16
--
625
5
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
28
563
620
6
Partai Pemuda Indonesia
14
--
620
7
Partai Amanat Nasional
9
554
590
8
Partai Keadilan Sejahtera
8
446
589
9
Partai GERINDRA
5
--
584
10
Partai Persatuan Pembangunan
24
498
551
11
Partai Damai Sejahtera
25
325
525
12
Partai Kebangkitan Bangsa
13
551
* 495




** 344
13
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
7
254
411
14
Partai Nasional Banteng Kerakyatan
26
227
403
15
Partai Barisan Nasional
6
--
402
16
Partai Bintang Reformasi
29
388
369
17
Partai Kebangkitan Nasional Ulama
34
--
365
18
Partai Peduli Rakyat Nasional
4
--
342
19
Partai Nasional Indonesia Markeins (PNI Marhaeins)
15
229
*** 300




**** 55
20
Partai Matahari Bangsa
18
--
288
21
Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan
20
251
236
22
Partai Buruh
44
362
226
23
Partai Penegak Demokrasi Indonesia
19
281
165
24
Partai Merdeka
41
202
155
25
Partai Kasih Demokrasi Indonesia
32
--
154
26
Partai Karya Peduli Bangsa
2
416
140
27
Partai Persatuan Daerah
12
248
86
28
Partai Pelopor
22
213
85
29
Partai Perjuangan Indonesia Baru
10
294
55
30
Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
3
--
Belum ada
31
Partai Kedaulatan
11
--
Belum ada
32
Partai Karya Perjuangan
17
--
Belum ada
33
Partai Republik Nusantara
21
--
Belum ada
34
Partai Bulan Bintang
27
372
Belum ada
35
Partai Patriot
30
192
Belum ada
36
Partai Indonesia Sejahtera
33
--
Belum ada
37
Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia
42
204
Belum ada
38
Partai Sarikat Indonesia
43
268
Belum ada

Jumlah

8.441
11.371

Rata-rata Caleg tiap Parpol

352
392

Jumlah Kursi DPR Pusat

550
560

Rasio Kursi : Caleg

1 : 15,4
1 : 20,3





*Kubu Muhaimin


**Kubu Gusdur


***Kubu Sukmawati Soekarnoputri


****Kubu Gandung


Sumber KPU dan keterangan Parpol, diolah Litbang SP

Tabel Hasil Pemilu 2004




No.
Nama Partai
Suara DPR
%
Kursi DPR
%
1Partai Golkar
24.480.757
21,58
128
23,27
2PDIP
21.026.629
18,53
109
19,82
3PKB
11.989.564
10,57
52
9,45
4PPP
9.248.764
9,15
58
10,35
5Partai Demokrat
8.455.225
7,45
57
10,36
6PKS
8.325.020
7,34
45
8,18
7PAN
7.303.324
6,44
52
9,45
8PBB
2.907.487
2,62
11
2,00
9PBR
2.764.998
2,13
13
2,36
10PDS
2.414.254
2,13
12
2,18
11PKPB
2.399.290
2,11
2
0,36
12PKPI
1.424.240
1,26
1
0,18
13PPDK
1.313.654
1,16
5
0,91
14PNBK
1.230.450
1,08
1
0,18
15Partai PP
973.139
0,95
0
0,00
16PNI Marhaenis
929.159
0,81
1
0,18
17PPNUI
895.610
0,79
0
0,00
18Partai Pelopor
878.932
0,77
2
0,36
19Partai PDI
855.811
0,75
1
0,18
20Partai Merdeka
842.541
0,74
0
0,00
21PSI
679.296
0,60
0
0,00
22Partai PIB
672.957
0,59
0
0,00
23PPD
657.916
0,58
0
0,00
24PBSD
636.397
0,56
0
0,00

Jumlah
113.462.414
100,00
550
100,00


Beberapa Artis di Legislatif Periode 2004 - 2009


Nama Anggota
Partai
Daerah Pemilihan
Suara
BPP
%
1Chandra Pratomo Samiadji MassaidPartai DemokratJatim II
31.641
238.162
13,3
2.Angelina SondakhPartai DemokratJateng VI
43.944
250.320
17,6
3.Nurul QomarPartai DemokratJabar VII
33.745
232.688
14,5
4.Yusuf Macan EffendiPANJabar IX
28.331
216.393
13,1
5.Marissa Haque *PDI-PJabar II
65.119
225.738
28,8
6.Mangara M. SiahaanPDI-PJabar I
26.881
258.585
10,4
7.M Guruh SoekarnoputraPDI-PJatim VI
168.763
250.624
67,3
8.Deddy SutomoPDI-PJateng II
22.349
213.491
10,5

Keterangan : * diganti oleh Willa Chandrawila 4 Januari 2007


Syarat dan Tata Cara Pengajuan Calon Anggota Legislatif

Syarat Anggota DPR :

  1. WNI 21 tahun
  2. Pendidikan minimal SLTA
  3. Tidak pernah dipidana penjara dengan ancaman 5 tahun atau lebih
  4. Terdaftar sebagai pemilih
  5. Mengundurkan diri sebagai PNS, TNI/Polri, BUMN/BUMD
  6. Tidak praktik sebagai akuntan, advokat dan notaris
  7. Tidak merangkap jabatan
  8. Anggota Parpol
  9. Dicalonkan di satu lembaga perwakilan dan daerah pemilihan
  10. Surat pengunduran diri sebagai PS, TNI/Polri tidak dapat ditarik kembali

Tata Cara Pengajuan Bakal Calon

  1. Parpol melakukan seleksi bakal calon
  2. Bakal calon ditetapkan oleh pengurus parpol
  3. Bakal calon memuat 30 persen keterwakilan perempuan
  4. Bakal calon memuat paling banyak 120 persen jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan
  5. Nama-nama dalam daftar bakal calon disusun berdasarkan nomor urut
  6. Daftar bakal calon setiap tiga orang terdapat sekurang-kurangnya satu perempuan
  7. Daftar bakal calon diajukan ke KPU

Keterangan : UU No.10 Tahun 2008

.

Tabel Hasil Pemilu 1999




No.
Nama Partai
Suara DPR
Kursi tanpa SA
Kursi dengan SA
1PDIP
35.689.073
153
154
2Golkar
23.741.749
120
120
3PPP
11.329.905
58
59
4PKB
13.336.982
51
51
5PAN
7.528.956
34
35
6PBB
2.049.708
13
13
7Partai Keadilan
1.436.565
7
6
8PKP
1.065.686
4
6
9PNU
679.179
5
3
10PDKB
550.846
5
3
11PBI
364.291
1
3
12PDI
345.720
2
2
13PP
655.052
1
1
14PDR
427.854
1
1
15PSII
375.920
1
1
16PNI Front Mahaenis
365.176
1
1
17PNI Massa Marhaen
345.629
1
1
18IPKI
328.654
1
1
19PKU
300.064
1
1
20Masyumi
456.718
1
-
21PKD
216.675
1
-
22PNI Supeni
377.137
-
-
23Krisna
369.719
-
-
24Partai KAMI
289.489
-
-
25PUI
269.309
-
-
26PAY
213.979
-
-
27Partai Republik
328.564
-
-
28Partai MKGR
204.204
-
-
29PIB
192.712
-
-
30Partai SUNI
180.167
-
-
31PCD
168.087
-
-
32PSII 1905
152.820
-
-
33Masyumi Baru
152.589
-
-
34PNBI
149.136
-
-
35PUDI
140.980
-
-
36PBN
140.980
-
-
37PKM
104.385
-
-
38PND
96.984
-
-
39PADI
85.838
-
-
40PRD
78.730
-
-
41PPI
63.934
-
-
42PID
62.901
-
-
43Murba
62.006
-
-
44SPSI
61.105
-
-
45PUMI
49.839
-
-
46PSP
49.807
-
-
47PARI
54.790
-
-
48PILAR
40.517
-
-

Jumlah
105.786.661
462
462

  1. Jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi mencapat 9.700.658 atau 9,17 persen dari suara yang sah.
  2. Apabila pembagian kursi dilakukan dengan sistem kombinasi jumlah partai yang mendapatkan kursi mencapai 37 partai dengan jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi hanya 706.447 atau 0,67 persen dari suara sah.
.

Hasil Pemilu 1999

Hasil Pemilu 1999


Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan pemungutan suara pada pemilu 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni tanggal 7 Juni 1999. Tidak seperti yang diprediksi dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 bisa terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan yang berarti. Hanya di beberapa Daerah Tinggkat II di Sumatera Utara yang pelaksanaan pemungutan suaranya terpaksa diundur satu pekan. Itu pun karena adanya keterlambatan atas datangnya perlengkapan pemungutan suara.

Tetapi tidak seperti pada pemungutan suara yang berjalan lancar, tahap perhitungan suara dan pembagian kursi pada Pemilu kali ini sempat menghadapi hambatan. Pada tahap perhitungan suara, 27 partai politik menolak menandatangani berita acara perhitungan suara dengan dalih Pemilu belum jurdil (jujur dan adil). Sikap penolakan tersebut ditunjukkan dalam sebuah rapat pleno KPU. Ke 27 partai tersebut adalah sebagai partai yang tidak menandatangani Hasil Pemilu 1999.

NomorNama Partai
1Partai Keadilan
2PNU
3PBI
4PDI
5Masyumi
6PNI Supeni
7Krisna
8Partai KAMI
9PKD
10PAY
11Partai MKGR
12PIB
13Partai SUNI
14PNBI
15PUDI
16PBN
17PKM
18PND
19PADI
20PRD
21PPI
22PID
23Murba
24SPSI
25PUMI
26PSP
27PARI

Karena ada penolakan, dokumen rapat KPU kemudian diserahkan pimpinan KPU kepada presiden. Oleh presiden hasil rapat dari KPU tersebut kemudian diserahkan kepada Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu). Panwaslu diberi tugas untuk meneliti keberatan-keberatan yang diajukan wakil-wakil partai di KPU. Hasilnya, Panwaslu memberikan rekomendasi bahwa pemilu sudah sah. Lagipula mayoritas partai tidak menyertakan data tertulis menyangkut keberatan-keberatannya. Presiden kemudian juga menyatakan bahwa hasil pemilu sah. Hasil final pemilu baru diketahui masyarakat tanggal 26 Juli 1999.

Setelah disahkan oleh presiden, PPI (Panitia Pemilihan Indonesia) langsung melakukan pembagian kursi. Pada tahap ini juga muncul masalah. Rapat pembagian kursi di PPI berjalan alot. Hasil pembagian kursi yang ditetapkan Kelompok Kerja PPI, khususnya pembagian kursi sisa, ditolak oleh kelompok partai Islam yang melakukan Stembus Accoord. Hasil Kelompok Kerja PPI menunjukkan, partai Islam yang melakukan Stembus Accoord hanya mendapatkan 40 kursi. Sementara Kelompok Stembus Accoord 8 partai Islam menyatakan bahwa mereka berhak atas 53 dari 120 kursi sisa.

Perbedaan pendapat di PPI tersebut akhirnya diserahkan kepada KPU. Di KPU perbedaan pendapat itu akhirnya diselesaikan melalui voting dengan dua opsi. Opsi pertama, pembagian kursi sisa dihitung dengan memperhatikan suara Stembus Accoord, sedangkan opsi kedua pembagian tanpa Stembus Accoord. Hanya 12 suara yang mendukung opsi pertama, sedangkan yang mendukung opsi kedua 43 suara. Lebih dari 8 partai walk out. Ini berarti bahwa pembagian kursi dilakukan tanpa memperhitungkan lagi Stembus Accoord.

Berbekal keputusan KPU tersebut. PPI akhirnya dapat melakukan pembagian kursi hasil pemilu pada tanggal 1 September 1999. Hasil pembagian kursi itu menunjukkan, lima partai besar memborong 417 kursi DPR atau 90,26 persen dan 462 kursi yang diperebutkan.

Sebagai pemenangnya adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74 persen dengan perolehan 153 kursi. Golkar memperoleh 23.741.758 suara 22,44 persen sehingga mendapatkan 120 kursi atau kehilangan 205 kursi dibanding Pemilu 1997. PKB dengan 13.336.982 suara atau 12,61 persen mendapatkan 51 kursi. PPP dengan 11.329.905 suara atau 10,71 persen, mendapatkan 58 kursi atau kehilangan 31 kursi dibanding Pemilu 1997. PAN meraih 7.528.956 suara atau 7,12 persen, mendapatkan 34 kursi. Diluar lima besar, partai lama yang masih ikut, yakni PDI merosot tajam dan hanya meraih 2 kursi dari pembagian kursi sisa, atau kehilangan 9 kursi dibanding Pemilu 1997. Selengkpanya hasil perhitungan pembagian kursi itu seperti terlihat pada tabel berikut (Tabel hasil Pemilu 1999)

.