Senin, 17 November 2008

"I Have Never Seen"


Perwira2 bekas ML yg bergabung kedalam AURI, ternyata sangat berguna dalam membuktikan kehadiran AURI saat penumpasan Republik Maluku Selatan. karena pada saat bersamaan, para penerbang AURI eks Yogya sedanf memasuki masa retraining dan transisi. Seperti Noordraven dan RJ ISmail. "mereka disebut two man air force", papar Erlangga, putra Suryadarma.

Kedua penerbang ini berjasa besar ketika pemberontakan RMS meletus. Dikisahkan kembali oleh Salatun dan Erlangga, masing2 single pilot menerbangkan C-47 mendrop logistik dan senjata ke Ambon. Sekian sortiemereka habiskan Jawa-Ambon. Ketika resimen Slamet Riyadi menyerbu RMS,mereka kembali hadir. Bukan dengan C-47 tetapi B-25 untuk memberikan bantuan tembakan udara dan pengintaian. Satu episode yg masih misteri.

Dalam mebangun AU, konsep Suryadarma ringkas sekali. AURI harus teknis militer dan non politik. Filosofinya : If i can do, you can do! Suryadarma juga menerapkan pola "inspeksimendadak" (sidak) utk mengetahui kondisi riil di lapangan. Semau aset didata. Dengansidaknya, Suryadarma siap menanggung untuk tidak dilayani. Makanya, "Kemana ia pergi, tidak lupa bawa veld bed, termos dan senapan utk menembak tekukur", kata Erlangga.

AURI mulai tumbuh besar. Buktinya ketika PM U Nu dari Birma menginjakan kakinya di Lanud Husein Sastranegara guna menghadiri KAA. Tokoh kelas dunia ini terpana ketikamelihat jejeran B-25 begitu banyak di pelataran parkir. Kepada Wiweko yg menjemput, dia berujar singkat, "I Have never seen so many aircrafts together". Malah majalah berbahasa Belanda Vliegwereld (Dunia Penerbangan) tanpa ragu juga menulis:AURI angkatan udara paling ditakuti di Asia Tenggara. Air Pictorial, majalah penerbangan Inggris turut mengutipitilik dari sudut materil, AU Australia ketinggalan total dari AURI.

Di tengah giat-giatnya membangun, AURI malah dihadapkankepada gerakan separatis PRI/Permesta. Tapi dgn gerakan separatis itu pulalah, AURI dan Soekarno tersentak ketika jarak yg harus ditempuh pesawat2 AURI begitu jauh antara Manado-Padang. Sementara pesawat yg tersedia, sangat terbatas. Amerikasemakin mempersempit lagi langkah AURI dgn embargo pembelian pesawat.

Tidak bisa lewat pintu depan, pintu belakang pun ditembus. Pernah secara diam2 lewat agency di luar negeri di bantu India, AURI mendapat kesempatan membeli 12 P-51 Mustang dari Guatemala. Pembayaran dilakukan, pesawat naik kapal siap dikirim. Tiba2 entah siapa yg membocorkan, ketahuan USA yg langsung mencegat di Panama. Batal sudah. "Ayah ngamuk dan marah, soalnya kita butuh sekali", kata Erlangga.
Pada waktu memuncaknya PRRI/Permesta, terasa benar betapa jauh sasaran yg harus dijangkau pesawat2 AURI. Mengingat landasan pacu buat pesawat jet hanya ada di Kemayoran, KSAU Suryadarma memutuskan mengusahakan pembelian pembom Tu-16. Untunglah proposalnya langsung disetujui Presiden Soekarno. Supaya presiden tidak lupa pada janjinya, Salatun ditugaskan Suryadarma membuntuti presiden. "Kalau ada kesempatan,ingatkan Bapak", perintah Suryadarma.

Catatan penting yg harus kembali diingat saat gencar2nya PRRI/Permesta dan di tengah embargo USA, adalah angin segar yg diperoleh AURI dari RRC dlm pengadaan alutsista. 12 pembom Tu-2, 24 pemburu La-11(Thunderbolt Rusia), 12 MiG-17 buatan RRC yg disebut Type 56, dijual RC kepada Indonesia. Pesawat terakhir MiG-17,kemudia berperan besar dalam operasi Trikora dan Dwikora.

Gelombang demi gelombang pesawat kemudian berdatangan dari negara2 Blok Timur (sekutu USSR). Puncaknya bagi AURI dan ALRI tentu ketika Tu-16 dan KRI Irian masuk ke dalam jajaran kedua angkatan ini.

Pujian2 dan kekaguman mengalir seiring kebesaran AURI. Bayangkan dgn Tu-16 dan MiG-21, menempatkan AURI sbg satu-satunya AU di belahan bumi selatan yg mengoperasikan pesawat2 pemburu Mach-2 dan pembom strategis di luar USA, Inggris dan USSR.

Itulah sekelumit perjalan AURI di masa awal pembentukannya. Sejarah kembali mencatat dalam periode KSAU kedua yg dijabat Menteri/Panglima AU Laksamana Madya Udara (Marsekal Madya sekarang) Omar Dhani, AUR Imemegang peranan penting dalam mensukseskan operasi Trikora dan Dwikora. Dengan kata lain,pembangunan AU yg dilakukan selama 17 tahun tidak sia2. Karena pada saat yg tepat, AURI mampu melaksanakan fungsinya sbg pembela kedaulatan negara di udara.
Sayang kalau kemudian dalam era Pembangunan Nasional OrBa yg menitikberatkan kepad pembangunan ekonomi, TNI-AU harus berbagi nasib dgn angkatan2 lain karena terbatasnya alokasi dana dalam program modernisasi angkatan bersenjata.Sementara industri kedirgantaraan yg ada belum berperan secara maksimal. Artinya juga, selama Indonesia belum mempunyai industri (perang), selama itu pula tidak mungkin bagi negara kepulauan ini berbicara ttg konsep pertahanan yg ideal. Karena pertahana memnuntut kemandirian dalam perspektif yg sangat luas