Senin, 17 November 2008

Kenangan Manis 17 tahun

Angkatan Udara Republik Indonesia, dari ketidakadaan menjadi angkatan udara paling canggih di belahan bumi selatan.Armadanya paling ditakuti di Asia Tenggara. Demikianlah perkembangan 17 tahun pertama keberadaan AURI (TNI AU sekarang) yg bersamaan dengan masa jabatan KSAU pertama Laksamana Udara Suryadi Suryadarma, Bapak AURI.

Ketika diseraji tugas membentuk angkatan udara tgl 1 September 1945, Suryadarma seperti dihadapkan kepada "mission impossible'. Bagaimana tidak, Jepang mewariskan pesawat lumayan banyak meskipun jauh dari ideal. Disisi lain AURI(Angkatan Udara Republik Indonesia) menghadapi kendala besar dengan minimnya SDM yg tersedia sbg akibat fatal penjajahan Belanda dan Jepang.

Kala pecah Perang Pasifik, bangsa Indonesia yg menjadi penerbang dgn kualifikasi GMB (Groot Militair Brevet-brevet militer besar yg memenuhi multi engine rating) hanya vaandrig kort verband vlieger (letnan muda penerbang ikatan dinas pendek) Adisutjipto dan Sambujo Hurip. Itupun, Sambudjo, akhirnya gugur ketika pesawat B-10 Glenn Martin-nya ditembak jatuh Hayabusha (Oskar) di lepas pantai Malaka saat menghadapi invasi Jepang. Adisutjipto yg semula ditugaskan pada kesatuan pembom Glenn Martin, dialihtugaskan pada kesatuan pengintai Curtiss Falcon dan Lockheed L-12.

"Pengalihan tugas itu telah menyelamatkan jiwa Pak Cip (panggilan akrab Adisutjipto), karena hampir semua pembom jadi mangsa Zero dan Oscar," ungkap Suryadarma. Di era Jepang lebih buruk lagi. Tidak seorangpun putra Indonesia dididik menjadi penerbang. Bandingkan dengan AU India yg konon, pada awal kemerdekaannya 15 Agustus 1947 memiliki 1000 penerbang. Satu diantaranya malah menjadi komandan skadron.

Diantaar pesawat2 peninggalan Jepang, banyak terdapat pesawat latih Yokosuka K5Y Cureng bersayap ganda yg sebenarnya tidak terlalu ketinggalan jaman. Ingat Koolhoven FK-51 dan DH-82 Tiger Moth milik Belanda merupakan pesawat latih biplane. Malah kadet AURI yg di Taloa, Kalifornia, dididik dgn Boeing Stearman PT-17 Kaydet.

Orang bijak bilang:cara menyelesaikan masalah, hadapilah. Suryadarma menyadari keterbatasan republik yg belum seumur jagung itu. Jangankan utk membeli suku cadang ke luar negeeri, seluruh anggaran AURI pun waktu itu tidaklah cukup utkmembeli kain linen sebuah pesawat Cureng. Namun KSAU Suryadarma dan perwira2 lain dgn gigih mengkonsolidasi angkatan perang yg baru terbentuk itu. Berbagai upaya dilakukan, seumpama, kerap pesawat Cureng atau Cukiu terbang mengunjungi pelosok pulau Jawa utk menumbuhkan minat kedirgantaraan. Pameran kedirgantaraan juga digelar di Yogyakarta tgl 17-18 Agustus 1946.

Ketika Muso bikin "ulah" di Madiun, ada cerita lucu perihal Cureng. Seorang perwira AD harus segera ke Kediri, sementara jalur darat terputus. Tidak ada pilihan, perwira itu harus diberi instruksi kilat penggunaan payung udara. Akhirnyadengan pesawat Cureng, dia terjun dan mendarat selamat. Warga yang menyambut, menyuguhinya dengan seburtir telur setengah matang.

Awal Kebangkitan
Hingga pada tgl 23-08-1949 diadakan KonferensiMeja Bundar (KMB) di Ridderzaal (bangsal satria), Den Haag. Satu poin yg diambilersetujuan KMB memuat penentuan pembentukan APRIS dgn TNI sebagai intinya; pembubaran KNIL dan pemasukan bekas anggota KNIL ke adalam APRIS. KOnsekuensinya, AURI harus menerima beberapa perwira KNIL dan mengambil alih seluruh Militaire Luchtvaart (ML) dlm waktu singkat. Mulai dari pesawat, hanggar, depo logistik hingga depo pemeliharaan.

Mohamad Saleh Basarah, marsekal purnawirawan mantan KSAU periode 1973-1978, dgn lancar menyebutkan daftar pesawat Belanda yg diambil alih. Pesawat C-47 Dakota sebanyak 36 unit, 22 B-25 Mitchell, 22 P-51 Mustang, 18 Auster A.O.P.9, 40 North American AT-6 Texan Harvard, 5 PBY-5 Catalina, 26 Vultee BT-13 Valiant, dan Lockheed L-12. Bisa dikatakan, sekonyong konyongnya lengkap sudah AURI sebagai angkatan udara.

Namun begitu, pihak Belanda merasa sansi akan kemampuan AURI melaksanakan persetujuan KMB. Karena laporan intel ML menyebutkan, KOmodor Suryadarma harus membuat sesuatu dari "ketidak adaan". Tapi kemudian sejarah bergulir, AURI berhasil mengambil alih ML secara tepat waktu. Keberhasilan ini sekaligus membuktikan kemampuan organisatoris dan kerja sama KSAU beserta jajarannya.

Kegigihan Suryadarma membangun hardware dan software AURI, tak urung memancing komentar Jenderal Dajatikusumo. Sang jenderal pernah berujar, "Susahnya Suryadarma, dia memegang bidang yg dalam pengertian militer advanvced technology. KIta masih bicara ransum, bambu runcing, dia malah bicara Radar". Tetapi AURI terus maju. Hingga dalam kurun waktu hampir bersamaan, AURI mendapat tawaran menggiurkan satu skadron pembom P-47D Thunderbolt. Sayangnya, tawaran yg harus dibayar dengan semua persediaan karet ini ditolak pemerintah, karena dikhawatirkan akan mengganggu persediaan karet didalam negeri.

Perhatian Suryadarma terus tercurah kepada percepatan ketertinggalan SDM. Salah satu gebrakan KSAU kelahiran Banyuwangi 6-12-1912 yg gaungnya sampai mengiang hariini, ketika 60 perwira muda dikirim belajar terbang di Trans Ocean AIrlines Oakland (Taloa), Kalifornia, November 1950. Tidak lama setelah mereka kembali vke tanah air, santer apmeo saat itu bahwa AURI memiliki penerbang produk dua "kali". Yaitu Kalijati dan Kalifornia. Sayangnya, lelucon itu tidak diteruskan karena sekarang penerbang TNI-AU keluaran Kali Code (AAU Yogyakarta).

Dengan diambil alihnya aset Belanda di Andir, posisi AURI semakin mantap. Kenapa ? karena aset di Andir sudah dikenal dari sebelum perang dunia ke-2 sebagai pusat pemeliharaan piston engine terlengkap di Asia Tenggara. Kekondangan bengkel pemeliharaan Bandung ini tak urung mengundang Maharaja Yodhpur dari India utk perawatan pesawat Lockheed Model-10 A Electranta tahun 1939. Selebriti lain yg sempat memeriksakan pesawatnya di Andir adalah Amelia Earhart, yg dalam penerbangan keliling dunianya terakhir (1937) juga singgah di Andir.

Pengembangan AURI seperti berpacu dengan waktu. Pembelianpesawat dan persenjataan, terus diupayakan ditengah keadaanpolitik dan ekonomi yg kurang menguntungkan dan diperparah belum padunya ABRI. Tidak mungkin membangun air power tanpa kepastian anggaran. Sekali waktu Deputi Logistik Wiweko Soepono akan membeli 10 B-26 Invader utk mengganti B-25. Diceritakan Marsda (Pur) RJ Salatun, Wiweko bertolak ke US tahun 1952 setelah yakin ketersediaan dana di Kementerian Pertahanan. Tapi tidak lamakemudian, Wiweko pulang sambil marah2. Apa geranganyg terjadi? Ternyata Letter of Creditnya kosong alias tidak ada dana. Kemana rahib itu uang ? Dialihkan gunapembelian kapal angkut angkatan darat, RI Tasikmalaya, yg ternyata tidak laik laut.