Gigih, pandai, visioner, teguh memegang prinsip, tak mau berpolitik, tak maumenonjolkan diri, bersahaja, dan sportif. Begitulah KSAU pertama Suryadi Suryadarma dimata mantan ajudannya Saleh Basarah yg kemudian menjadi KSAU ke-6.
Suryadarma, kelahiran Banyuwangi 6-12-1912 adalah arsitek AURI. Pada 17-08-1945, meski usianya baru 33, telah dipercaya menjadi jadi Kepala Staf Badan Keamanan Rakyat Priangan. Satu September 1945 lalu diberi tugas membentuk AURI dan 6-04-1946 dilantikmenjadi KS-AURI. Dua tahun kemudian selain tetap menjadi KSAU, Bung Karno juga mempercayakan Kepala Staf Angkaatn Perang RI. Namun pada 1-10-1948 dilepas karena tidakmenyukainya. Sesuai cita2nya, Pak Surya lebih ingin berkecimpung di lingkungan AU. Jabatan KSAU berakhir 1962. namun sebelum karier militernya berakhir pada 1968, Suryadarma masih sempat menjadi Menteri Penasehat Militer Presiden RI (1962) dan Mnteri Postel RI (1965),Beliau wafat tepat pada hari kemerdekaan RI ke-30. Berikut petikan kenangan Saleh Basarah :
Saya baru mengenal persis Pak Suryadarma, dalam arti sifat, kehebatan, danm pemikirannya, setelah kembali dari TALOA, tahun 1952. Itu karena beliau langsung memiinta saya mengajar di Sekolah Ilmu Siasat di Cililitan yg baru sja dibentuknya. Alasanya sederhana : karena saya bisa berbahasa Belanda.
Saya mengajar di sana 3,5 tahun. Menyangkut penugasan ini, awalnya merasa kecewa. karena sementara teman2 sibuk membukukan jam terbang, sya terpaku di sekolah. Namun di kemudian hari saya banyak memetik hal positif darinya. Misalnya, karena personel yg belajar di SIS adalah semua perwira AU, pergaulan saya jadi luas. Pengetahuan ttg ilmu dan operasi penerbangan militer, taktik, strategi, sistem senjata, dan kepemimpinan juga berkembang. Kelak, karena 'kelebihan' inilah ketika sedang sekolah di Cairo,Mesir, tiba2 saay dijemput utk disertakan dalamoperasi penumpasan PRRI/Permesta.
Selain utkmembekali perwira AU dgn ilmu2 tadi SIS juga mampu memotivasi mereka dgn solidaritas dan jiwa korsa (espirit d corps) sebagai 'anggota AURI' dan 'keprajuritan udara'. Ini jelas penting menginta personil AURI waktu itu banyak dari kalangan yg tak tahu banyak tg 'militer-teknis'. Dengan SIS kami pun memiliki persepsi yg sama.
Di Cililitan itu pula, setiap Sabtu saya kerap menyaksikan kebiasaannya menembak. Beliau ahli menggunakan senapan. Pernah saya bertanya mengapa menekuni kebiasaan ini. Beliau hanya menjawab, "Kita itu tentara, harus bau mesiu. Bukan cologne".
Tak bisa dipungkiri, SIS adalah langkah brilian Pak Surya. Ketika konflik PRRI/Permesta pecah, SIS membuat AURI paling siap menghadapi dibanding angkatan lainnya. Hasil pemikirannya yg juga harus diacungi jempol adalah prakarsanya membentuk Dinas Angkutan Militer (kini PAUM). PGT (Pasukan Gerak Tjepat) yg kini Paskhas, FASI, Lipnur (cikal bakap IPTN-DI), dan Akademi TNI AU. Bayangkan dalam usia yg masih relatif muda, 38 tahun, visinya telah dremikian jauh.
SayamengagumiPak Surya juga karena sikapnya yg tdkmau menonjolkan diri. Mungkin tdk banyak yg tahu kalau beliau adalah lulusan terbaik Akmil (Koninjklijke Militaire Academie) Breda,Belanda. Kehebatan Breda bisa disimak dari betapa sulitnya masuk ke sini. Apalagi utk pribumi. Diantara segelintir pemuda Indonesia lainnya yg pernah sekolah disini sebelum WW2 tercata Didi Kartasasmita, Suryosularso (pendiri Akabri), dan GPH Purbonegoro. dalamangkatan beliau sendiri, Hindia Belanda hanay mengirim dua, beliaudan seorang Belanda totok. Pak Surya lulus pada usia 22 (1934).
Dan karena cita2 jadi penerbang, Pak Surya pun melanjutkan sekolah. Syarat terpenting, Ijazah KMA sudahdipegang, namun bagi seorang pribumi sulit sekali utk masuk Vliegschool di Kalijati, walau akhirnya diterima juga setelah 3x tes. Pada 1938, beliau sebenarnya telah dinyatakan lulus,namun brevet penerbang tak pernah diberikan. Lagi2 karena alasan diskriminasi politik. Maklum ketika itu penerbang milietr merupakan senjata elit Belanda. Tak seorang pribumi pun boleh mengenakannya. Sebagai gantinya, beliau diperkenankan melanjutkan ke Sekolah Pengintai/Navigator (Waarnemerschool).
Meski perjalannya sulit, namun Pak Surya mampu juga menyelesaikannya. Beliau lau ditempatkan di Skadron Glenn Martin di Andir sbg navigator. Di skadron inilah beliau mendapat Bronzen Kruis atas jasanya menyerang iringan kapal Jepang di Selat Makasar pada 1942. Namun karena rasa solidaritasnya yg tinggi dan sifatnya yg tak mau memnonjolak diri, tanda penghargaan ini tak diterima mengingat rekan2nya di 4 dari 6 B-10 yg menyerbu gugur tertembak. Di lain pihak karena punya 'dua brevet', Pak Surya sendiri sempat diangkat jadi komandan skadron. Anak buahnya semua Belanda, bayangkan kaliber beliau....
Kehebatan beliau juga nampak nyata pada masa rintisan AURI antara 1945-1950. Mulai dari membentuk BKR-Oedara, TKR Djawatan Penerbangan, TRI-AU, hingga AORI pada 9-04-1946. Dalam masa rintisan itu Pak Suryamengajak sejumlah pemuda seperti Adisutjipto, Husein Sastranegara, Abdulrachman Saleh, Halim Perdanakusuma, Iswahyudi, dan Hubertus Soejono.
Perannya yg fundamental juga terasa setelahhasil KMB(27-12-1949) diumumkan. Ini karena Indonesia tiba2 menerima limpahan pesawat eks Hindia Belanda yg begitu banyak 36 C-47, 22 B-25, 22-P-51, 18 Auster, 40 AT-6, 5 Catalina, dan 26 pesawat latih BT-13. Untung tapi masalahnya Indonesia punya sedikit penerbang. Pak Surya pun segera menarik penerbang muda dari Maguwo, seperti Suharnoko Harbani, Abdul Fatah, Soejono, Mulyono, Sudaryono, Sutarjo Sigit, dan Wiryosaputro.
Pak Surya juga memanggil para penerbang yg tengah dididik di India, walau jumlahnya masih juga tak memadai. Namun dgn segala cara Beliau tetap berusaha memecahkan masalahnya.
Kesenioran Pak Surya dalam kemiliteran juga dapat perhatian dari Bung Karno. Itu sebabnya Beliau ditunjuk sbg penasehat militer senior Bung Hatta dlm KMB. Keseniorannya melebihi TB Simatupang yg juga ikut ke KMB. Selanjutnya sejarahmencatat Presiden Soekarno banyak sekali memberi kepercayaan kepadanya. Termasuk ketika Pimpinan Bangsa ini diasingkan ke Bangka. Pak Surya sebenarnya sudah siap bergerilya bersama rekan-rekan yg lainnya, namun karena statusnya penasehat militer kepresidenan, beliau lebih memilih menjaga Presiden RI.
Kenangan saya memang tdk bisa menjelaskan semua kehebatan Pak Surya. Namun berkaitan dgn jasa2nya, dalam rangka Hari TNI-AU ke-53 ini, tdk belrlebihan jika kita mengungkapkan kembali penghargaan yg pernah diberikan Alm. Pak Wiriadinata (Irjen MBAU) padanya sbg Bapak Pendiri AURI, yg di-iyakan sebagian besar senior AURI pada 10-02-1962, walau secara halus kemudian ditampiknya. Saya hanya terkagum-kagum ketika Pak Surya berkomentar,”Saya hanya telakukan apa yg saya rasa wajib lakukan sbg prajurit AURI. Tidak lebih tidak kurang dari itu. Sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita sbg perwira utk menuntaskan tugas kita masing2.”
Bagi saya pribadi, tokoh Suryadarma memiliki tempat tersendiri dalam hati sanubari. Saya sadari ini karena rasa hormat thd kepribadiannya, karakternya, reputasi hidupnya, dan prestasinya pada AU. Beliau adalah arsitek dan pendiri (AORI, TRI-AU, AURI, TNI-AU) Angkatan Udara yg kita banggakan.
sumber : Angkasa April 1999
Senin, 17 November 2008
Marsekal TNI (pur) Saleh Basarah : "Pak Surya, arsitek AURI yg saya kenal"
Posted by new indonesia at 07.11
Labels: MILITER Indonesia