Sabtu, 06 September 2008

INDONESIA, siap menjadi basis produksi mobil

Baru-baru ini saya melakukan perjalanan darat dari Dubai ke Abu Dhabi, dua kota utama di Uni Emirat Arab. Perjalanan tersebut menggunakan ToyotaLand Cruiser, mobil yang lumayan banyak dipakai di negara kaya minyak tersebut.

Yang membuat saya kagum selama perjalanan tersebut adalah banyaknya Toyota Kijang Innova yang menyalip ataupun berpapasan dengan kendaraan kami. Pada waktu saya menanyakan kepada sopir mobil kami berkebangsaan Pakistan, dia mengatakan Toyota Innova (bukan Kijang Innova) adalah kendaraan yang populer di negara tersebut. Bayangkan, di negara yang banyak sekali mendatangkan mobil-mobil mewah dunia, ternyata Toyota Innova justru merupakan mobil yang sangat populer di sana.

Sebagaimana dimaklumi, Toyota Innova adalah Kijang Innova sebagaimana yang dikenal di Indonesia. Mobil ini diproduksi sepenuhnya di Indonesia dan tidak ada lagi tempat lain di dunia yang memproduksi kendaraan tersebut. Oleh karena itu, melihat Toyota Innova melaju kencang di jalan raya Dubai - Abu Dhabi mendatangkan kebanggaan tersendiri bagi saya.

Ternyata apa yang diproduksi di Indonesia, meskipun oleh perusahaan Jepang, mampu menembus pasar yang sangat potensial di luar negeri. Bahkan bukan hanya itu, di jalanan Dubai tersebut, banyak pula Daihatsu Terrios yang melaju kencang. Sekali lagi kita mengetahui, Daihatsu Terrios adalah mobil buatan pabrik Daihatsu Astra Motor di Sunter, Jakarta. Ini berarti semakin banyak mobil buatan Indonesia yang mampu menembus pasar dunia.


Toyota Innova - Made IN Indonesia

Apa arti ini semua bagi kita? Ternyata berbagai perusahaan otomotif Jepang yang beroperasi di Indonesia secara diam-diam telah menempatkan Indonesia sebagai basis produksi industri mobil mereka bagi pasar di luar negeri. Kita mengetahui, produksi industri otomotif Jepang tersebut umumnya berupa kendaraan komersial seperti Toyota Innova, Suzuki APV, dan Nissan Livina.

Daihatsu Terios - Made IN Indonesia

Selama ini tentu kita berpikir bahwa Jepang umumnya membangun basis produksi industri otomotifnya di negara tetangga (Thailand) sehingga tidak terlintas di pikiran kita bahwa ternyata Jepang pun juga membangun basis produksi mobil di Indonesia. Memang benar, Toyota, misalnya, memproduksi mobil Corolla di Thailand. Demikian pula Honda memproduksi Honda Civic, juga di negara tersebut.

Nissan Livina - Made IN Indonesia

Bagi perusahaan Jepang, membangun basis produksi mobil komersial di Indonesia tentunya merupakan suatu pilihan yang atraktif. Kenapa demikian? Ini tidak lain disebabkan oleh besarnya pasar kendaraan komersial di negara ini. Sebagian terbesar kendaraan yang dijual di Indonesia adalah kendaraan komersial.

New APV Landy - Made IN Indonesia
Hal ini mungkin sekali berkaitan dengan latar belakang keluarga Indonesia yang jumlah anggotanya cukup besar. Jika mobil sedan yang dibeli, mobil itu tidak akan mencukupi untuk menampung seluruh anggota keluarga.

Daihatsu Xenia - Made IN Indonesia

Indonesia juga merupakan pasar yang besar dan terus berkembang. Pada 2005, penjualan mobil di Indonesia mencapai sekitar 540.000 unit. Jumlah ini memang kemudian merosot drastis karena kenaikan harga BBM pada akhir tahun tersebut. Namun, penjualan kemudian merangkak naik kembali.

Memacu produksi

Bahkan pada tahun ini, penjualan selama empat bulan pertama mengalami kenaikan terus menerus, yaitu dari lebih dari 41.000 unit pada Januari, meningkat menjadi 47.000 pada Februari. Pada Maret penjualan mencapai 48.000 unit, sedangkan pada April jumlahnya bahkan telah melampaui 51.000 unit.

Dengan pasar yang sedemikian, industri otomotif tersebut mampu mencapai skala ekonomis sehingga memungkinkan mereka untuk juga menambah produksinya secara efisien bagi kepentingan pasar ekspor. Alhasil, Indonesia menjadi basis produksi bagi pasar luar negeri.

Berapa besar ekspor mobil tersebut? Pada 2007, ekspor mobil telah mencapai sekitar 230.000 unit. Tahun ini tampaknya terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Sayangnya, saya tidak memiliki data jumlah unit yang diekspor. Data Biro Pusat Statistik memberikan indikasi ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) sebesar US$745,3 juta selama Januari sampai dengan Maret 2008. Angka ini melonjak cukup tinggi dibandingkan dengan ekspor periode yang sama 2007 yang mencapai US$497,2 juta atau naik hampir 50%.

Pengembangan industri otomotif sedemikian penting artinya bagi masyarakat Indonesia. Begitu banyak insinyur Indonesia terlibat dalam pengembangan industri tersebut. Begitu banyak pula tenaga ahli lainnya yang berkait erat dengan industri tersebut. Ini berarti terbangunnya komunitas tenaga ahli yang berkecimpung dalam industri otomotif.

Selain mobil, Indonesia juga memiliki industri sepeda motor yang sangat kuat. Berdasarkan pengalaman selama kuartal I/2008, tahun ini bahkan industri sepeda motor Indonesia mampu untuk memproduksi dan menjualnya hingga enam juta unit. Sebagaimana halnya dengan industri mobil, dalam industri sepeda motor pun juga terbangun komunitas tenaga ahli.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika untuk pembangunan pabrik baru sepeda motor Honda di Cibitung dua tahun lalu, desain pabrik sepeda motor yang dibuat insinyur Indonesia mampu mengalahkan desain yang disiapkan Jepang. Pada akhirnya ini memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi para insinyur Indonesia bahwa mereka ternyata memiliki kemampuan kelas dunia.

Muatan lokal

Untuk industri mobil, muatan lokalnya dewasa ini sekitar 65%. Jika digabungkan dengan komponen dari negara-negara Asean, Asean content-nya mencapai 70%. Bagi sepeda motor, ternyata muatan lokalnya sudah mendekati 100%. Ini semua berarti bahwa kemampuan industri komponen Indonesia juga tidak kalah dari pabrikan dunia.

Pada akhirnya kesimpulan yang bisa diambil adalah semakin matangnya kemampuan tehnik dan engineering dari para tenaga ahli Indonesia. Ini memiliki kemiripan juga dengan tenaga ahli yang bekerja di Unilever di mana jumlah ekspatriatnya di Indonesia bisa dihitung dengan jari tangan kiri sedangkan tenaga ahli lokal di level manajer ke atas di luar negeri sudah mencapai lebih dari 40 orang.

Ini berarti bahwa kemampuan SDM Indonesia tidak kalah dengan kemampuan tenaga ahli negara lain.

Dengan melihat perkembangan tersebut, asumsi yang diambil oleh Pricewaterhouse Coopers bahwa kemampuan human capital Indonesia sangat memadai untuk membawa bangsa ini sebagai kekuatan ekonomi di dunia ternyata bukan mengada-ada.

Kemampuan inilah yang akhirnya membuat Indonesia semakin menarik bagi industri luar negeri untuk melebarkan sayapnya. Kemampuan ini pula yang menyebabkan banyak perusahaan minyak di kawasan Teluk berebut untuk mendapatkan tenaga ahli dari Indonesia.

Cyrillus Harinowo, Rektor ABFI Institute, Perbanas. (Bisnis Indonesia)