Pembidik Target Buatan LIPI
JAKARTA - Peneliti LIPI mengembangkan pengontrol sistem optronik. Bisa dipakai pada tank, kapal perang, dan sistem pertahanan udara TNI.
Ini adalah satu di antara seratus invensi yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selama tiga hari belakangan (4-6/8), berkaitan dengan ulang tahunnya yang ke-41 sekaligus merayakan 100 tahun Kebangkitan Nasional, 10 windu Sumpah Pemuda, dan 10 Tahun Reformasi.
Terletak di sudut dalam ruang Puri Agung, Hotel Sahid, alat ini antara lain terdiri dari kamera tersembunyi dan dua layar monitor yang dilengkapi dengan tuas kontrol.
Tampilan kedua layarnya dihiasi tanda silang semacam bidikan dalam radar peralatan tempur. Setiap orang yang melintas secara tak sadar dibidiknya dengan mudah laksana sasaran musuh yang bergerak. Sejatinya, tinggal tekan tombol, kehancuran segera menyusul. Tapi, belum sejauh itu.
Alat yang jeroannya antara lain diisi dengan embedded controller berbasis komputer, ethernet buzz, dan router itu masih sebatas model. "Alat ini memang kami buat untuk bisa dipakai oleh armada pertahanan udara TNI Angkatan Darat, tank, ataupun kapal perang milik TNI Angkatan Laut," ujar Achmad Harimawan, Kepala Bidang Instrumentasi di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi.
Senin lalu, Achmad memperkenalkan invensi itu sebagai Optronic Computer Consul Director Control Tracking. Ini seperti alat yang digunakan oleh pasukan artileri zaman dulu yang harus memutar poros meriam atau peluncur roketnya demi membidik pesawat musuh yang melesat di langit. Bedanya, alat ini terkomputerisasi dan bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Sistem pengontrol dan pengukur jarak ini tergolong invensi yang sudah disiapkan sejak lama, meskipun baru dikembangkan setahun lalu. "Ini bukan invensi yang lahir dari ide sesaat," kata Achmad sembari menambahkan, "Kami sudah sampai pada uji lapangan dan tahun depan tinggal melengkapinya dengan laser pengukur jarak serta kamera inframerah."
Menurut Achmad, Optronic Computer Consul dari pusat penelitian yang berbasis di Serpong, Banten, ini sangat pas untuk menggantikan komponen serupa seperti LIOD (Light Optronics Director) buatan Belanda yang sampai sekarang masih diandalkan di kapal-kapal perang Indonesia.
Survei sudah dilakukan dan diskusi dengan pihak terkait di TNI juga sudah dijalankan sejak awal. Hasilnya, sistem pengontrol dan pengukur jarak ini berpotensi menggantikan alat yang sekarang ada. Selain tidak kalah dalam hal presisi dan kecepatan tracking, harganya pun akan jauh lebih murah.
Sumber : KORANTEMPO