Selasa, 26 Agustus 2008

2010 Indonesia Jadi Kekuatan Besar Ekonomi Asia


JAKARTA--MI: Indonesia berpotensi mensejajarkan diri dengan raksasa ekonomi baru seperti Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC). Bahkan dengan komposisi masyarakat kelas atas dan kelas menengah yang besar, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi besar yang melampaui Malaysia ataupun Singapura.

"Saat ini terdapat 22,5 juta penduduk golongan atas dan 70 juta penduduk golongan kelas menengah yang memiliki PDB di atas US$1.946 perkapita per tahun. Bayangkan jumlah penduduk sebesar itu dengan daya beli yang sangat besar," ungkap ekonom sekaligus Komisaris BCA Cyrillus Harinowo dalam paparan di depan wartawan di Jakarta, Rabu (7/5).

Menurut Harinowo, dengan kondisi itu sebenarnya pada 2010 nanti Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara BRIC. Namun, hal itu bila Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan PDB nominal sebesar 15% per tahun. Dengan pertumbuhan itu, PDB Indonesia bisa mencapai US$3.000 per kapita per tahun.

Dengan daya beli yang besar ini, Hrinowo mengatakan total PDB Indonesia tahun itu bisa mencapai Rp6.000 triliun. Dengan banyaknya masyarakat dengan daya beli yang besar akan menarik banyak investasi yang akan masuk ke Indonesia. Hal ini dibuktikan oleh beberapa pemain yang lebih memilih Indonesia dibanding negara lain. "Di Unilever saja, Unilever Indonesia menjadi satu-satunya anggota grup yang mampu mempertahankan pertumbuhan di atas 19%," katanya.

Hal sama diungkapkan mantan Gubernur BI Adrianus Mooy. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara kekuatan ekonomi baru. Namun untuk itu, pemerintah harus bisa meningkatkan berbagai infrastruktur dan ketersediaan energi.

"Masalah infrastruktur ini menjadi salah satu tugas besar pemerintah. Selain itu, pemenuhan kebutuhan energi juga merupakan PR lainnya," jelas Mooy.

Hal itu dibenarkan mantan CEO BHP Biliton dan Newmont Noke Kiroyan. Menurutnya, Indonesia bukan lagi sebagai negara yang memiliki pasokan energi besar. Pasalnya, produksi minyak bumi negara ini hanya 0,59% dari total dunia. Begitu juga dengan batu bara yang hanya 1,93% dan gas alam sekitar 1,58%. "Artinya negara ini bukanlah produsen besar energi," tegasnya.

Kendati demikian, Noke mengingatkan jika Indonesia meningkatkan eksplorasi hal ini bisa ditingkatkan. Begitu juga dengan energi alternatif seperti bahan bakar nabati dan lainnya.

Dia mengingatkan, Indonesia memiliki kemampuan panas bumi yang setara dengan 27 ribu mega watt. Jumlah ini hampir dua kali lipat kapasitas terpasang PLN saat ini. "Potensi inilah yang seharusnya bisa dioptimalkan," katanya.