Selasa, 26 Agustus 2008

JAKARTA – Impian Mantan Presiden B.J. Habibie untuk menghidupkan lagi industri pesawat terbang Indonesia mendekati kenyataan. Impian itu kemarin disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mendapatkan respon positif.

Habibie kemarin secara khusus menemui SBY di Istana Negara. Mantan Direktur Utama IPTN itu terlebih dahulu melakukan pertemuan empat mata selama satu jam dengan SBY di ruang tamu Istana Negara.

Setelah itu pertemuan dilanjutkan dengan menghadirkan Dirut PT. PAL Indonesia Adwin Suryohadiprodjo, Dirut PT. PINDAD Budi Santoso, dan Dirut PT. Dirgantara Indonesia Rudi M.Mokobombang. Ikut juga Menteri Luar negeri Hassan Wirajuda, Menkominfo Mohammad Nuh, Mensesneg Hatta Radjasa, Menristek Kusmayanto Kadiman, Menteri BUMN Sofyan Djalil, dan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto.

Dalam pertemuan tersebut, Habibie menyampaikan harapannya tentang pengembangan industri strategis nasional. Utamanya pesawat terbang. Sebagai pendiri IPTN, Habibie menyayangkan jika industri tersebut tidak lagi berkembang dan menghadapi ajal.

Sayang Habibie maupun SBY tidak mau menyampaikan langsung pembicaraan mereka kepada wartawan. Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa menjelaskan Habibie memberikan masukan-masukan kepada SBY. Presiden ketiga RI itu bercerita mulai dari sejarah pengembangan industri strategis di Indonesia.

’’Tadi Pak Habibie menyebut katakanlah redesain terhadap N-250 yang lebih ekonomis dan irit bahan baker,’’ kata Hatta.

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia). Pesawat ini dulu dikenal dengan nama Gatotkaca. N-250 merupakan andalan PT DI dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang.

Pesawat N-250 pernah menjadi bintang pameran Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Sejak 1997 pesawat ini dihentikan produksinya akibat krisis ekonomi 1997. Habibie pernah menyampaikan keinginannya meneruskan program N-250, dengan syarat disetujui SBY.

Pertimbangan Habibie, pasar N-250 sangat menggiurkan karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi. Sebab perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan bangkrut.

Menurut Hatta, SBY menyambut baik gagasan tersebut. Hanya saja, program itu nanti tidak membebani APBN. ’’Itu hanya akan ditawarkan kepada mitra yang berminat melakukan kerja sama untuk mengembangkan N-250,’’ kata Hatta.

Meski sangat antusias, Habibie sudah menegaskan tidak akan ikut campur secara teknis. Menurut Hatta, Habibie mengatakan sebagai mantan presiden dan senior, serta sebagai orang tua, tentu masih berkeinginan untuk memberikan masukan kepada bangsa dan negara. ’’Tapi beliau menyatakan tidak ikut campur di dalam pengambilan keputusan, dan sebagainya,’’ papar Hatta.

Semua keputusan atas gagasan tersebut, kata Hatta, diserahkan kepada Presiden SBY. ’’Jadi hanya memberikan saran dan masukan, tidak dalam konteks masuk kembali dalam industri strategis itu,’’ ungkapnya.

Hatta menjelaskan pola kemitraan dipilih karena APBN sangat terbatas dan tidak memungkinkan untuk menyunikkan dana ke program tersebut nantinya. ’’Program itu nanti harus bergulir sendiri dengan pola business-to-business. Saya kira sudah memiliki kemampuan sendiri untuk mengembangkan itu,’’ kata Mantan Menteri Perhubungan itu.

Selain soal N-250, Habibie dan SBY juga membicarakan pentingnya konsolidasi industri perkapalan. Mulai dari PT PAL, PT IKI, PT Kodja, perlu dikonsolidasikan agar fokus. ’’Industri maritim Indonesia yang tidak hanya mampu mengembangkan industri-industri untuk kepentingan pertahanan, tapi juga kapal-kapal tanker, pelayaran, niaga, dan kargo,’’ jelas Hatta.

Pertemuan Habibie dan SBY berakhir pukul 12.00. Keduanya mengikuti salat jumat di Masjid Baiturrahmi, di komplek Istana Kepresidenan. SBY dan Habibie naik golf car yang disetir sendiri oleh SBY. Usai salat jumat Habibie langsung meninggalkan istana.(tom)

sumber: http://www.depdagri.go.id/konten.php...berita&id=1794