JAKARTA : Kalangan teknolog seakan-akan tidak percaya saat mendengar kabar Prof. Ir Said Djaurharsyah Jenie, ScD meninggal dunia. Pria kelahiran Solo, 22 Agustus 1950 ini meninggalkan karya yang sangat berharga bagi perkembangan iptek khususnya bidang teknologi dirgantara di tanah air.
Semula, dosen Teknik Penerbangan ITB ini diperbantukan pada PT Industri Perasawt Terbang (IPTN) di Bandung untuk mendukung pengembangan pesawat baru, CN-235 yang dikembangkan patungan IPTN dan CASA Spanyol.
Dalam kapasitanya sebagai Kepala Program Uji Terbang Pengembangan dan Sertifikasi Pesawat CN-235, beliau membangun fasilitas uji terbang, seperti tes pilot, flight test engineer, dan flight test instrumentation engineer (SDM), dan beberapa fasilitas seperti aircraft sensory, data acquisition dan processing, data telemetri dan recording hingga data analysis systems.
Proses uji terbang CN-235 dilaksanakan, dan berhasil memproleh sertifikasi dari Joint Indonesian-Spain Certification Board (1985), dan Federasi Aviation Administrayion, USA (1986). Hingga akhirnya, CN-235 diproduksi secara massal oleh IPTN dan CASA.
Said Jenie kemudian diangkat menjadi Kepala Divisi Flight Test Center (1989), dan menjadi Direktur Teknologi PT DI hingga 1999. Selama kurun waktu tersebut, Said Jenie beserta timnya, mengembangkan pesawat dengan kapasitas lebih besar dari CN-235, yaitu N-250 .
Hingga akhirnya, N-250 berhasil melakukan uji terbang perdana, pada 10 Agustus 1995, yang menandai lahirnya Hari Kebangkitan Nasional.
Said Jenie bahkan ikut terlibat dalam uji terbang roket LAPAN RX-250, dan sejak 1987 sebagai staf ahli Dislitbang TNI-AU, serta dosen tetap Sekolah Komando TNI-AU dalam pesawat udara dan sistem senjata peroketan. Atas prestasinya tersebut, BPPT menganugerahkan Habibie Technology Award 2008. (Lea)