Selasa, 26 Agustus 2008

JAKARTA, Netsains - Bagaimana rasanya terkenal di tingkat dunia, membawa nama Indonesia, tapi agak “tenggelam” di negara sendiri?Mari kita tanyakan pada Johny Setiawan. Di kalangan astronomi tingkat dunia, lelaki kelahiran 16 Agustus 1974 yang besar di Bintaro ini sangat disegani. Setelah mencuat berkat temuan planet baru di luar Tata Surya, HD11977 tahun 2005 lalu, awal tahun ini Johny juga menemukan planet HD 47536 yang diberinama Seram.

Ikuti bincang-bincangnya kepada Netsains berikuti ini.

Netsains (NS): Apa kegiatan Mas Johnny saat ini?

Johny Setiawan (JS): Saat ini saya aktif dalam beberapa proyek internasional dalam pencarian planet di tata surya lain. Pada khususnya saya mencari planet yang masih muda, artinya baru saja terbentuk. Planet-planet seperti ini sangat penting untuk mempelajari pembentukan tata surya, termasuk bagaimana bumi kita ini bisa terbentuk. Baru saja saya beserta rekan-rekan menemukan sebuah planet yang masih sangat muda dan baru saja terbentuk. Temuan ini sempat mengagetkan dan menjadi bahan pembicaraan penting dalam Simposium Nobel di bulan Juni yang lalu. Namun penemuan ini masih dalam proses publikasi. Insyaallah bisa diumumkan beberapa minggu yang akan datang. Saya masih bekerja di Max-Planck Institute for Astronomy di Heidelberg.

NS: Kegiatan mengamati bintang di Indonesia lebih disukai sebagai hobi belaka, bukan sebagai ilmu. Bagaimana di negara maju seperti Jerman?

JS: Di Jerman ada dua tipe astronomi, yaitu astronomi amatir, kelompok orang-orang yang mengamati bintang dengan teropong-teropong bintang berukuran kecil (maksimal bergaris tengah 80 cm). Mereka biasanya hanya mengambil gambar (fotografi).
Lalu ada astronomi profesional, lebih tepat disebut astrofisika yaitu bidang astronomi yang memerlukan studi fisika terlebih dahulu di universitas, baru dilanjutkan astronomi sebagai pendalaman. Pengamatan dilakukan dengan teleskop berukuran besar, bergaris tengah hingga 10 meter. Selain pengambilan gambar para astronom juga mengambil spektrum obyek-obyek yang diamati, karena baru di spektroskopi inilah banyak unsur-unsur yang bisa didalami dan dijelaskan dengan ilmu fisika.

NS: Salah satu kendala yang membuat orang Indonesia “malas” memilih jurusan astronomi adalah memang terbatasnya bidang kerja yang ada di Indonesia bagi ilmu ini. Apa betul? Lulusan astronomi itu bisa bekerja di bidang apa saja ya?

JS:Saya kira ini betul. Karena memang budaya bangsa Indonesia sekarang lebih mengutamakan konsumtif dan tidak begitu mengutamakan kreativitas berpikir sepert yang disyaratkan di bidang ilmu pengetahuan alam. Tidak berarti itu semua orang, namum memang kebanyakan masih berpandangan seperti itu. Hanya sedikit yang mendalami ilmu pengetahuan alam, khususnya astronomi.
Kalau lulusan astronomi memang sulit bekerja di Indonesia, namum lapangan kerja di luar negeri terutama negara maju banyak.

Lulusan astronomi juga bisa bekerja dibidang-bidang fisika lain, komputer, industri penerbangan, perbankan (jika ditambah latihan tambahan), guru, dan sebagainya.
Teman-teman saya yang lulusan astronomi banyak bekerja di bidang lain tanpa kesulitan.

NS: Mas Johny sendiri mengapa tertarik dengan astronomi? Karena diawali dengan hobi atau sejak awal ingin serius di bidang ini?

JS: Sudah sejak kecil (dari SD) memang saya bercita-cita untuk menjadi astronom.

NS:Untuk bisa maju di bidang ini, apakah harus melanjutkan studi ke luar negeri?

Memang harus. Paling tidak sampai jenjang PhD. Bahkan mungkin sekali ke luar negeri saja tidak cukup, karena astronomi profesional sekarang mengutamakan kerjasama internasional. Untuk ini saya seringkali bekerja di Chile dan Swiss.

NS:.Observatorium Boscha kini tengah dilanda konflik lahan dan terancam tak bisa lagi beriperasi akibat sudah banyak polusi cahaya di sana.Bagaimana komentar Mas Johnny tentang itu? Apa kira-kira solusi yang bisa diambil?

JS: Sebaiknya memang observatorium ditempatkan di lokasi yang tidak ada polusi cahaya. Saya kira, tempat-tempat tersebut sangat banyak di Indonesia. Negara Indonesia sangat luas, dan memiliki potensi astronomi yang sangat tinggi.

Saya kira daerah Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku Selatan, sangat ideal untuk pengamatan astronomi.

NS: Apa harapan mas Johnny terhadap dunia astronomi di Indonesia?

JS: Harapan saya, supaya semakin digiatkan dan aktif. Percaya atau tidak, Indonesia di bidang astronomi jauh lebih unggul daripara negara-negara tetangga kita yang “kaya” seperti Singapura, Malaysia, Brunei.

Hal ini sangat penting, karena menurut pendapat saya dalam kurun waktu dekat, astronomi dan teknologi yang menyertainya akan menjadi sangat penting kembali seperti yang terjadi di abad-abad silam.

http://wp.netsains.com/2007/08/23/jo...-dan-malaysia/

Stasiun angkasa terbesar di ASEAN juga lagi dibangun di Biak, maju terus!!