Selasa, 26 Agustus 2008

Bemo Solo Rambah Mancanegara

Jakarta-Bemo dan “motor becak” (motor dengan bak terbuka untuk alat angkut barang) di Pekan Raya Jakarta yang tengah berlangsung, menjadi salah satu primadona tontonan. Menurut Ester Jayadi, Export Manager PT Dayang Motor Indonesia (DMI), pabrikan bemo dan becak asal Solo, walau tergolong produk baru, kedua model itu setiap bulan terjual 3.000 unit.
Ia menambahkan bagi yang punya pilihan angkutan massal, misalnya antarjemput anak sekolah, kendaraan 175 cc yang dibanderol Rp 18,8 juta ini bisa menjadi pilihan. “Kapasitas angkutnya bisa mencapai enam orang,” ujarnya, Minggu (1/7).
Tapi, lanjutnya, jika ingin menjadikannya sebagai alat pengangkut barang, tersedia pula varian yang dilengkapi dengan bak terbuka. “Bahkan bemo ini bisa disulap menjadi puskesmas keliling,” tuturnya berpromosi.
Pabrikan asal Solo itu ternyata tak hanya membuat bemo dan becak, tapi juga motor bebek. Kapasitas produksi total setiap tahunnya mencapai 20.000 unit dan akan ditingkatkan menjadi 30.000 unit. Untuk itu DMI menambah investasi sebesar Rp 300 miliar pada tahun ini.
“Dana yang berasal dari sindikasi perbankan nasional tersebut akan dipakai untuk mengembangkan pabrik yang kini sudah berdiri di Solo, Jawa Tengah,” jelas Lukas Jayadi, Presiden Direktur DMI.
Pabrik baru yang dibangun sejak Januari 2007 itu diharapkan sudah bisa beroperasi pada September tahun ini. “Jika pabrik beroperasi akhir tahun ini berarti tingkat ketergantungan pada supplier dari yang semula 70 persen menjadi 5 persen,” ungkapnya.
Lukas menambahkan pabrik yang sudah ada serta pabrik yang baru mampu memproduksi slebor, sasis, bodi mesin, knalpot, tanki hingga bak, kecuali roda, kabel kopling, dan aki. “Motor, becak, dan bemo buatan kami mempunyai kandungan lokal 90 persen sedangkan yang 10 persen masih impor,” ujarnya.
Pasar terbesar DMI, menurut Lukas, adalah ekspor. Negara tujuan ekspor berbeda-beda, kalau sepeda motor ke Amerika Selatan, Meksiko, Iran, Mesir, Uganda, dan Afrika Selatan. Sementara itu, pasar becak dan bemo adalah Pakistan, India, Bangladesh, Mesir, Peru, dan Thailand.
Becak dan bemo, tambahnya, sangat diminati. Hal itu terbukti sejak diproduksi awal tahun 2007, jumlah permintaannya cukup tinggi. “Setiap hari yang inden mencapai 15 unit, baik untuk pasar dalam maupun luar negeri,” imbuhnya.
Ketika ditanya kapan investasinya bisa kembali, Lukas mengatakan, pihaknya optimistis dalam dua tahun sudah bisa BEP. Hal itu melihat tingginya permintaan pasar terhadap becak, bemo, motor, serta motor yang biasa digunakan di pantai dan off-road. “Saya berani mengambil risiko menambah modal karena saya sejak 1970 sudah merakit motor dari berbagai merek sehingga tahu betul siapa saja pemasoknya serta pasarnya,” ujarnya. (sat/tot)

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0707/05/eko11.html